Tempat berbagi cerita,pengalaman dan informasi

BTemplates.com

Kampanye


Stop Bugil

Total Pengunjung

Powered by Blogger.

Search This Blog

Friday, June 05, 2009

Hanya berbagi cerita. Jangan dipenjara


Setiap orang punya pengalaman sendiri tentang hidupnya dan setiap orang punya hak untuk berbagi pengalaman itu dengan orang lain. Bukankah kita bisa banyak belajar dari pengalaman orang lain dan mengambil hikmah dari suka dan duka pengalaman itu.
Pengalaman seseorang meraih sukses akan memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk bisa sukses. Pengalaman buruk seseorang akan membantu sekaligus mengingatkan orang lain untuk lebih berhati-hati dan waspada.
Saya tidak habis pikir bila ada seseorang yang menceritakan pengalaman hidupnya harus di bui karena ceritanya, dengan dalih telah mencemarkan nama baik seseorang atau institusi.
Kalau memang ada pihak merasa dirugikan dengan suatu cerita, mengapa tidak menyampaikan keberatan saja dan menjelaskan kepada publik yang sebenarnya menurut versinya. Saya pikir itu lebih bijak dan nama baik pun bisa lebih terjaga ketimbang mengutamakan jalur hukum dalam menyelesaikan suatu masalah.
Saya sering membaca dan mendengar cerita berisi pengalaman dan keluhan beberapa orang terhadap suatu pelayanan ataupun buruknya produk tertentu, tapi mereka yang bercerita dan berkeluh kesah itu mendapat respon dan penjelasan yang baik dari pihak yang dikeluhkan dan masalah itu bisa diselesaikan secara baik-baik.
Bukankah seharusnya setiap keluhan atau kritik yang datang bisa dijadikan bahan koreksi dan intropeksi, dan bukan menjadikannya bukti untuk menyeret seseorang ke bui dan ujung-ujungnya menuntut UANG ganti rugi.
Turut prihatin dengan apa yang dialami bu prita, yang hanya sekedar bercerita tapi akhirnya berperkara.
Saya pribadi punya pengalaman buruk dengan sebuah klinik bersalin di daerah tempat tinggal saya, waktu usia putri saya lima bulan, dia menderita demam tinggi dan istri saya membawanya ke klinik bersalin itu. Selain sebagai sebuah klinik bersalin, tempat itu juga menerima pengobatan untuk para balita. Setelah di periksa, dokter memberikan diagnosanya dan mempersilahkan istri saya mengambil obat di loket.
Seperti biasa, perawat yang memberikan obat akan menerangkan berapa kali dalam sehari obat diberikan beserta jumlah takarannya. Karena semua sudah tertulis di pembungkus obatnya, istri saya tidak terlalu menyimak keterangan perawat yang memberikan obat-obatan itu.
Sesampainya di rumah, setelah beberapa saat, tiba waktunya minum obat dan setelah meminum obat, anak saya tertidur lelap, namun beberapa lama kemudian suhu tubuh anak saya semakin tinggi dan anak saya kejang-kejang dengan mata mendelik.
Saya larikan ke klinik kecil dekat rumah, Alhamdulillah anak saya bisa tertolong.
Mendengar penjelasan dari istri saya, Dokter di klinik itu menyimpulkan bahwa ada satu obat berbentuk syrup yang ternyata salah takaran.
Seharusnya obat syrup itu diberikan kepada anak saya hanya sebanyak satu sendok teh untuk bayi berumur 5 bulan tapi di dus pembungkus dan di botol tertulis dengan spidol.....satu sendok makan ( 1 sdk mkn ).
Jadi istri saya ternyata berpatokan pada tulisan perawat yang tertera di botol syrup tanpa memperhatikan aturan pakai yang tercetak.
Takaran satu sendok makan seharusnya diberikan untuk anak berusia lima tahun, itu menurut aturan pakai yang tercetak di botol dan dus pembungkus.
Dalam kejadian ini perawat memang telah salah menuliskan aturan pakai obat, mungkin dia salah mendengar usia anak saya, yang seharusnya lima bulan menjadi lima tahun, sehingga hal itu justru berdampak buruk buat anak saya. Tetapi, dalam kejadian ini juga istri saya bersalah karena kurang teliti dan tidak cek dan ricek terlebih dahulu sebelum menerima dan memberikan obat itu ke anak saya.
Kejadian itu saya jadikan pelajaran, agar di lain waktu saya dan istri bisa lebih teliti dan kritis sebelum membeli dan menerima obat-obatan.
Semoga pengalaman saya ini ada manfaatnya.








0 komentar: